Tegangan
pada lilitan sekunder meningkat sampai tegangan pada busi cukup kuat untuk
meloncat (ionisasi) pada celah yang ada sehingga percikan bunga api terjadi
pada celah busi, dan sebagian tenaga sekunder ini muncul dalam bentuk busur api
yang akan membakar campuran udara/bahan bakar.
Tegangan
yang diperlukan untuk menimbulkan percikan bunga api pada busi tergantung pada
banyak hal seperti:
a. Tekanan
kompresi engine
b. Putaran
engine
c. Perbandingan
campuran bahan bakar.
d. Temperatur
busi.
e.
Celah busi.
Catatan:
Ionisasi
– Tegangan yang sangat tinggi akan menyebabkan elektron pada suatu substansi
bertahanan tinggi bergerak bebas.
Substansi ini yang kemudian disebut ‘konduktif’
Tegangan
yang sebenarnya yang dihasilkan system sekunder ditentukan oleh kebutuhan busi.
Busi
yang telah dipakai bisa jadi memerlukan sebanyak 5.000 volt dan lebih tinggi
lagi pada busi yang baru, berkaitan dengan penambahan celah busi dan perubahan
bentuk elektroda tengah yang terjadi akibat pemakaian.
Penyetelan
kembali celah busi akan menurunkan kebutuhan tegangan kira-kira sama dengan
busi baru, selama busi tidak mengalami kerusakan.
Kebutuhan
tegangan maksimum terjadi pada saat melakukan percepatan dari putaran rendah
sampai 20.000 volt.
Tegangan
lebih rendah diperlukan saat kecepatan konstan (kecepatan jelajah)
Misalnya 60
Km perjam 12.000 volt
100 Km per jam 18.000 volt
Lebih
banyak tenaga diperlukan maka tegangan akan naik pada batas yang diperlukan
untuk melakukan ionisasi pada celah busi.
Tegangan
pada putaran langsam adalah rendah – 5.000 – 8.000 volt.
Kondisi
engine ‘tidak ada pembakaran’ pertama terjadi pada putaran rendah, kondisi
percepatan yang berat. Tegangan yang
dibutuhkan akan melebihi tegangan maksimum yang diijinkan.
Tegangan
yang diperlukan 50.000 volt, yang tersedia 40.000 volt, maka tidak akan terjadi
pembakaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar